Mati rasa secara emosional atau emotional numbness adalah keadaan di mana Anda tidak merasakan atau mengekspresikan emosi. Mayra Mendez di laman Verywell Mind menyatakan "Emotional numbness adalah proses mental dan emosional untuk menutup perasaan dan mungkin dialami sebagai defisit respons atau reaktivitas emosional," Biasanya, perasaan ini bersifat sementara. Namun, bagi beberapa orang emotional numbness menjadi cara hidup untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional atau fisik.
Menurut Mayra, gejala mati rasa emosional meliputi :
Terapi perilaku kognitif dan terapi penerimaan dan komitmen diperlukan termasuk terlibat dalam aktivitas fisik dan istirahat yang cukup. Saat terapi ingatlah bahwa TUHAN telah melakukan pertukaran posisi dimana Yesus telah menanggung segala sesuatu saat memikul salib menanggung kutuk dosa sebab misi-Nya adalah untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya. (Yesaya 61:3)
Karena Dia telah memikul penderitaan maka buat keputusan yang disengaja untuk memberikan rasa sakit Anda kepada Tuhan. Dalam proses ini acapkali mengampuni mereka yang bersalah perlu dilakukan. Anda mungkin juga menemukan bahwa Anda benar-benar perlu memaafkan diri sendiri. Lakukan dialog yang jujur dengan Tuhan. Belajar beribadah. Tuangkan isi hatimu, ungkapkan dengan kata-kata.
Pendekatan dengan nilai Kristen yang memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki tubuh, jiwa dan roh maka kematian rasa emosi terkadang berkaitan dengan matinya rasa secara spiritual yang ditandai misal: "Tidak ingin ke gereja, tidak ingin berdoa dan atau tidak bergairah membaca Alkitab serta kecewa dengan Tuhan." Untuk hal ini perlu beberapa hal yang bermanfaat, diantaranya:
Dalam kondisi tertentu misal mengunakan obat anti depresi atau psikotropika dapat kunjungi psikiater untuk konsultasi obat apa yang lebih cocok dikonsumsi agar perasaan dan mood dapat lebih baik. Jika Anda penguna obat terlarang seperti ganja dan narkotika mintalah Tuhan membebaskan dari keterikatan hal itu. Jika memerlukan bantuan dapat kunjungi tempat rehabilitasi kecanduan narkoba.
Secara ilmiah mati rasa diduga berkaitan dengan anhedodia yang berhubungan dengan aktivitas otak bawah yang disebut medial prefrontal cortex (mPFC), berfungsi sebagai konduktor dari perasaan senang dan nikmat. Normalnya, ketika melakukan hal menyenangkan, saraf memberikan sinyal untuk mengalirkan zat dopamine ke otak pusat kenikmatan dan kesenangan yang disebut striatum. Kita dapat berdoa agar misteri dapat dipecahkan sehingga pengobatan secara medis mengalami kemajuan namun TUHAN sebagai Pencipta dapat melakukan mujizat menyembuhkan segala sesuatu penyakit dalam diri kita sehingga ada harapan sembuh tanpa obat sekalipun karena TUHAN Yesus adalah dokter besar melampaui segala dokter dan tabib.
Sekalipun mungkin benar dugaan mati rasa emosional juga dipengaruhi masalah anhedodia di otak manusia bukan hanya disebabkan hanya permasalahan psikologis semata tetapi harapan melakukan pengobatan dan terapi terhadap mati rasa secara emosional tetap ada. TUHAN mengasihi manusia sehingga memberi Anak-Nya Yang Tunggal agar yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup kekal. Jika hidup kekal diberikan maka perasaan dan mood serta emosi juga diperhatikan oleh-Nya
Menurut Mayra, gejala mati rasa emosional meliputi :
- Mengalami ketidakmampuan untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan
- Gagal mengakses perasaanmu
- Merasa jauh atau terpisah dari orang lain
- Merasa datar, baik secara fisik maupun emosional
- Mengalami kesulitan dengan mengalami perasaan positif seperti kebahagiaan
- Kehilangan minat pada aktivitas yang dulu Anda nikmati
- Lebih suka menyendiri daripada bersama orang lain
- Kecemasan yang berkaitan dengan tingkat stres yang sangat tinggi, ketakutan, atau kekhawatiran yang berlebihan.
- Gangguan Kepribadian Borderline, merasa seolah-olah perasaan mereka bukan milik mereka sendiri.
- Kesedihan, misal saat menghadapi kematian , seseorang mungkin mengalami periode di mana merasa benar-benar terputus dari emosi.
- Mengalami episode depresi mungkin kurang menyesuaikan diri dengan perasaan mereka, atau mengalami penumpulan emosi.
- Efek samping dari beberapa obat yang mengobati depresi dan kecemasan.
- Akibat pelecehan mental atau emosional
- Akibat pelecehan fisik respon mekanisme koping untuk menghindari menghadapi situasi yang berbahaya dan menakutkan.
- Sebab gangguan stres pascatrauma
- Skizofrenia
- Penyalahgunaan zat terlarang
Terapi perilaku kognitif dan terapi penerimaan dan komitmen diperlukan termasuk terlibat dalam aktivitas fisik dan istirahat yang cukup. Saat terapi ingatlah bahwa TUHAN telah melakukan pertukaran posisi dimana Yesus telah menanggung segala sesuatu saat memikul salib menanggung kutuk dosa sebab misi-Nya adalah untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya. (Yesaya 61:3)
Karena Dia telah memikul penderitaan maka buat keputusan yang disengaja untuk memberikan rasa sakit Anda kepada Tuhan. Dalam proses ini acapkali mengampuni mereka yang bersalah perlu dilakukan. Anda mungkin juga menemukan bahwa Anda benar-benar perlu memaafkan diri sendiri. Lakukan dialog yang jujur dengan Tuhan. Belajar beribadah. Tuangkan isi hatimu, ungkapkan dengan kata-kata.
Pendekatan dengan nilai Kristen yang memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki tubuh, jiwa dan roh maka kematian rasa emosi terkadang berkaitan dengan matinya rasa secara spiritual yang ditandai misal: "Tidak ingin ke gereja, tidak ingin berdoa dan atau tidak bergairah membaca Alkitab serta kecewa dengan Tuhan." Untuk hal ini perlu beberapa hal yang bermanfaat, diantaranya:
- Tetap diam dalam Kristus, sebab siapa yang ada di dalam Kristus, ciptaan baru telah datang: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang! 2 Korintus 5:17. Mintalah dengan sungguh-sungguh agar Yesus memerdekakan (Yohanes 8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.)
- Terimalah kasih karunia dan kasih sayang TUHAN. (Markus 6:31a Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!")
- Mengasihi sesama munusia. (Filipi 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga)
- Tekun berdoa. (Matius 7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu)
- Belajar bersyukur dengan berpikir dan beriman (Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.)
- Sadari Tuhan tidak terkejut dengan keadaanmu dan berkuasa menolong. (Yesaya 58:11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.)
Dalam kondisi tertentu misal mengunakan obat anti depresi atau psikotropika dapat kunjungi psikiater untuk konsultasi obat apa yang lebih cocok dikonsumsi agar perasaan dan mood dapat lebih baik. Jika Anda penguna obat terlarang seperti ganja dan narkotika mintalah Tuhan membebaskan dari keterikatan hal itu. Jika memerlukan bantuan dapat kunjungi tempat rehabilitasi kecanduan narkoba.
Secara ilmiah mati rasa diduga berkaitan dengan anhedodia yang berhubungan dengan aktivitas otak bawah yang disebut medial prefrontal cortex (mPFC), berfungsi sebagai konduktor dari perasaan senang dan nikmat. Normalnya, ketika melakukan hal menyenangkan, saraf memberikan sinyal untuk mengalirkan zat dopamine ke otak pusat kenikmatan dan kesenangan yang disebut striatum. Kita dapat berdoa agar misteri dapat dipecahkan sehingga pengobatan secara medis mengalami kemajuan namun TUHAN sebagai Pencipta dapat melakukan mujizat menyembuhkan segala sesuatu penyakit dalam diri kita sehingga ada harapan sembuh tanpa obat sekalipun karena TUHAN Yesus adalah dokter besar melampaui segala dokter dan tabib.
Sekalipun mungkin benar dugaan mati rasa emosional juga dipengaruhi masalah anhedodia di otak manusia bukan hanya disebabkan hanya permasalahan psikologis semata tetapi harapan melakukan pengobatan dan terapi terhadap mati rasa secara emosional tetap ada. TUHAN mengasihi manusia sehingga memberi Anak-Nya Yang Tunggal agar yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup kekal. Jika hidup kekal diberikan maka perasaan dan mood serta emosi juga diperhatikan oleh-Nya

- Tulisan lainnya:
- Konseling Terhadap Skizofrenia
- Terapi Kognitif
- Bebas dari Narkoba
- Melewati Stresor Penyebab Depresi
- Bertekun, Mengatasi Kekecewaan